google-site-verification=dy6-4HKU8OB7B2b7andp7QKQm5tom6BGjWhsXeZZPl0
Ceria 123 Game Online Terbaik dan Terpopular
https://tinyurl.com/wa-official-ceria123

Empat Tempat Menakjubkan yang Tidak Bisa Dikunjungi, dari 'kubah kiamat' - pusat benih dunia - sampai pulau ular beracun

Namun ada beberapa tempat yang tidak terjamah turis karena memang ditutup.

Ada yang ditutup dengan alasan keamanan, alasan hukum atau alasan ilmiah.

Kami mengajak Anda melihat empat tempat itu.

 

1. Tempat "penyimpanan hari kiamat"

 Jalan masuk ke Bank Benih Dunia di Slalbard, Norwegia.

Di pulau terpencil di pulau Spitsbergen, kepulauan Slvalbard di Arktika, Norwegia, satu gunung batu menutupi bangunan panjang yang digunakan sebagai tempat penyimpanan benih terbesar di dunia.

Tempat ini dijuluki "kubah hari kiamat" karena dapat digunakan bila terjadi bencana global. Tempat ini dianggap ideal karena tidak ada gerakan seismik.

Walaupun benih disimpan secara aman sejak bunker dibuka pada 2008, sulit untuk diverifikasi.

Tempat penyimpanan ratusan ribu benih ini sangat dijaga ketat dan benih yang disimpan dapat bertahan sampai ribuan tahun bila perlu.

Namun dalam tahun-tahun terakhir ini, sejumlah ilmuwan mengatakan khawatir karena naiknya suhu bumi sehingga kawasan lapisan es ini meleleh.

Pada 2020, peneliti setempat mencatat musim panas paling hangat di Svalbard.

"Kami mencatat sesuatu yang tak pernah terjadi sebelumnya, melelehnya glasier dan lapisan es," kata ilmuwan Kim Holmen dari Insitut Kutub Norwegia kepada BBC.

Situasi ini mulai terjadi beberapa tahun lalu.

Kondisi beku memungkinkan ratusan ribu benih disimpan di Bank Benih.

Bunker benih ini cukup vital untuk berjaga-jaga bila terjadi bencana global, sehingga penyimpanan benih dapat menjamin spesies tanaman agar manusia tidak kekurangan pangan.

Setiap negara menyimpan benih penting untuk produksi pangan dan Bank Benih Svalbard merupakan cadangan dunia.

 

2. Pulau beracun Queimada Grande

Pulau beracun

Pulau Queimada Grande, dikenal sebagai Pulau Cobra, yang terletak di tempat berbatu, sekitar 35 km di lepas pantai Sao Paolo, Brasil.

Pulau itu ditemukan pada 1532 dalam ekspedisi Martim Afonso de Souza.

Namun sejarah Ilha das Cobras jauh lebih tua lagi. Pulau itu terbentuk di penghujung zaman es, sekitar 11.000 tahun lalu ketika permukaan laut naik dan terpisah dari bukit, menjadi pulau tersendiri.

Dalam lima abad terakhir, pulau itu menjadi perhatian karena hal yang tak biasa. Penghuninya sebagian besar adalah ular. Diperkirakan terdapat antara satu sampai lima ekor ular dalam setiap meter persegi pulau itu.

Tidak seperti spesies ular darat di Brasil, ular ini lebih kecil dan lebih elastis kulitnya.

Pulau itu adalah konsentrasi ular terbesar kedua di dunia, sekitar 45 ekor per ukuran lapangan sepak bola. Jumlah ini lebih kecil dibandingkan Pulau Shedao di China.

Namun ular di pulau Brasil ini sangat beracun dan berbeda dengan ular di daratan.

Saking beracunnya, cukup dengan satu gigitan saja seekor burung yang dimangsa tak lagi bisa terbang.

"Racun ular itu lebih beracun terhadap burung dibandingkan mamalia," kata pakar biologi Marcelo Ribeiro Duarte, dari Butantan Institute's Zoological Collections Laboratory, kepada BBC Brasil.

"Karena fauna di pulau itu sangat jarang, tanpa serangga dan mamalia lain (kecuali kelelawar), spesies ular ini mengkonsumsi burung-burung yang bermigrasi," kata Duarte.

"Anak-anak ular memangsa kadal, dan ampibi," tambahnya.

Pemerintah Brasil melarang siapapun ke pulau itu karena berbahaya.

Pengecualian diberikan kepada para peneliti, namun mereka harus didampingi oleh dokter dan mengikuti protokol ketat.

Satu hal yang jelas, pulau ini bukanlah tempat tujuan wisata.

 

3. Lascaux: Gua di Prancis berisi karya seni bernilai tinggi

Gua Montignac

Empat remaja yang mencari anjing mereka menemukan gua ini melalui lubang yang mengarah ke tempat di selatan Prancis itu pada 1940.

Sampai di sana, mereka menemukan lukisan di dinding yang menyerupai kuda dan kijang.

Lukisan berusia 17.000 tahun itu adalah satu satu karya seni prasejarah yang tersimpan paling awet. Jumlahnya sekitar 600 lukisan dan sekitar 1.000 pahatan.

Replika Lascaux.

Penemuan gua ini terjadi ketika Perang Dunia II masih berlangsung.

Delapan tahun kemudian, gua Lascaux dibuka untuk publik yang penasaran dan ingin melihat karya nenek moyang dari dekat.

Lukisan Lascaux

Pada 1963, gua ini ditutup untuk publik. Jamur menyebar di dinding gua sehingga karya seni ini terganggu pelestariannya. Karya seni ini dapat tersimpan karena kondisi kedap udara sebelum ditemukan.

Sekitar 60 tahun kemudian, gua ini tak lagi diizinkan untuk publik. Namun replikanya dibuka di dekat gua asli untuk turis.

 

4. Uluru: pusar dunia

Uluru pada tahun 2013.

Uluru, yang dulu disebut Ayers Rock dulu menjadi atraksi turis namun ditutup.

Uluru juga dikenal sebagai "pusar dunia" dan merupakan monolit terbesar di muka bumi.

Dulu, pengunjung bisa mencoba naik ke bongkahan batu setinggi 348 meter itu, di bawah sengatan matahari yang pada musim panas dapat mencapai suhu 47 derajat Celcius.

Tingginya puncak batu itu juga dapat menyulitkan pengunjung untuk naik.

Uluru adalah tepat suci bagi suku Aborigin Anangu, yang merupakan penjaga bongkahan batu itu dan mereka tidak mengizinkan orang naik untuk menghargai tradisi mereka.

Keinginan mereka didukung dalam petisi dari Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta yang mengeluarkan keputusan pada 2017 berisi larangan orang ke Uluru.

Pada 25 Oktober 2019 adalah hari terakhir orang diizinkan untuk naik sebelum larangan diterapkan. Antrean panjang turis terjadi saat itu.

Warga aborigin

Dalam kebudayaan Anangu, Uluru dianggap bukti bahwa ada makhluk yang datang ke Bumi ketika belum ada manusia. Mereka menyusuri Uluru dan menciptakan spesies kehidupan dan berbagai bentuk, termasuk Uluru.

Pesawat melintas Uluru di Taman Nasional Uluru-Kata Tjuta.

Para pengunjung masih bisa melihat Uluru namun dari kejauhan.

Banyak turis yang menggunakan kesempatan itu dengan memfoto dari pesawat terbang.